5 Budaya Jogja Yang Paling Terkenal
Salah satu alasan Jogja menjadi destinasi wisata favorit wisatawan lokal maupun internasional adalah berkat kekayaan budayanya.
Dari sekian banyak budaya khas Jogja yang dikenal masyarakat luas, terdapat berbagai budaya Jogja yang belum diketahui oleh generasi muda.
Ini pun menjadi pekerjaan kita bersama untuk melestarikannya. Berikut budaya Jogja yang jarang diketahui dan patut kita jaga bersama agar tetap lestari.
1. Tumplak Wajik
Budaya Jogja Tumplak Wajik merupakan salah satu upacara adat masyarakat Jawa yang masih diselenggarakan hingga saat ini.
Upacara adat ini diselenggarakan untuk menandai dimulainya proses merangkai gunungan atau simbol sedekah raja kepada rakyat.
Gunungan atau sedekah tersebut kemudian dibagikan kepada warga di sekitar Jogja pada upacara Garebeg.
Pergelaran budaya Tumplak Wajik umumnya diselenggarakan sebanyak tiga kali dalam setahun dan dipimpin oleh Keraton Jogja.
Tumplak Wajik diselenggarakan pada tiga upacara Garebeg:
- Garebeg Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad.
- Garebeg Sawal yang merupakan penanda akhir bulan puasa.
- Garebeg Besar untuk memperingati hari raya Idul Adha.
2. Labuhan Parangkusumo
Budaya Jogja Labuhan Parangkusumo adalah upacara adat yang dilakukan untuk memohon doa keselamatan dan membuang segala macam sifat buruk.
Upacara yang satu ini memiliki hubungan erat dengan legenda Ratu Pantai Selatan dan Panembahan Senopati.
Labuhan Parangkusumo dipimpin oleh pihak Keraton Jogja dengan cara melabuh atau menghanyutkan benda-benda tertentu di tempat-tempat tertentu. Tempat-tempat yang bersangkutan ini juga kerap disebut dengan petilasan.
3. Saparan
Budaya Jogja yang jarang diketahui masyarakat luas selanjutnya adalah Saparan, atau biasa disebut dengan istilah bekakak.
Budaya Jogja Saparan merupakan salah satu tradisi Jawa yang dilaksanakan untuk mengenang jasa seorang abdi dalem kesayangan Sri Sultan Hamengkubuwono I, yaitu Ki Wirosuto.
Sosok istimewa tersebut disebutkan hilang secara misterius saat mencari batu gamping di Gunung Gamping bersama istrinya.
Seperti namanya, upacara Saparan dilaksanakan setiap bulan Safar dalam kalender Jawa. Dalam pelaksanaannya, upacara ini menggunakan sesuatu yang akan digunakan sebagai persembahan.
4. Siraman Pusaka
Selanjutnya ada juga Budaya Jogja upacara Siraman Pusaka yang dilakukan dengan cara memandikan pusaka milik Ngarsa Dalem atau milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dalam pelaksanaannya, Budaya Jogja Siraman Pusaka ini dilakukan untuk menghormati dan merawat pusaka-pusaka yang ada.
Semua benda pusaka kemudian akan dibersihkan secara teratur setiap tahun dan setiap tanda kerusakan dapat ditangani segera.
Berbeda dengan upacara budaya Jogja lainnya yang diselenggarakan secara umum dan terbuka, Siraman Pusaka diselenggarakan setiap bulan Sura secara tertutup.
5. Srandul
Jika kamu senang mempelajari berbagai seni tari tradisional unik khas Indonesia, Jogja pun memiliki salah satu kesenian tari tradisional yang sangat unik.
Berbeda dengan tari tradisional pada umumnya, kesenian Srandul adalah salah satu kesenian tradisional dalam bentuk drama tari yang berasal dari Kabupaten Bantul.
Meskipun sampai saat ini pencipta kesenian Srandul tidak diketahui secara pasti, kesenian tersebut konon katanya telah diwariskan secara turun temurun antargenerasi.